Pages

Minggu, 26 Agustus 2012
 


TOYYIB adalah seorang mahasiswa di sebuah Institut di Jakarta Selatan. Hari itu ia akan menghadapi ujian di kampusnya. Materi yang akan ia hadapi adalah materi yang tiada ia suka. Susah sekali dicerna oleh otaknya. Bahkan semalam pun ia belajar sampai larut.
Kesempatan bangun di penghujung malam itu sengaja ia gunakan terlebih dahulu untuk menghadap Allah SWT dalam tahajjud sebelum berkutat dengan diktat yang menjemukan. Alhamdulillah, Toyyib pun mendapatkan ketenangan usai tahajjud.

Namun sayangnya, pelajaran itu masih tetap sulit ia rasakan untuk dicerna. Bahkan hingga waktu Shubuh menjelang pun hanya sedikit yang mampu ia pahami dari pelajaran tersebut.
“Ya Allah…, tolong aku! “ batin Toyyib.
Shalat Shubuh ia lakukan berjamaah di masjid Adz Dzikri di lingkungan rumahnya. Toyyib bertekad usai shalat Shubuh dia tidak akan tidur lagi. Masih ada beberapa jam ke depan untuk bisa ia gunakan belajar mempersiapkan materi ujian.

Setengah jam ia tatap lembar demi lembar buku diktat, namun tetap saja kebekuan otak belum juga mencair. Tiba-tiba ia, teringat biasanya pukul 5 pagi ada kajian ceramah di berbagai channel radio.
Ia pun menyalakan radio untuk mencari siaran ceramah. Rupanya Allah SWT menuntun tangan Toyyib untuk mencari gelombang yang benar. Di sana terdengar suara seorang ustadz yang sedang menjabarkan ilmu agama. Ustadz tersebut tengah menjelaskan perbedaan antara ikhlas dan ridha.
“Yang namanya ikhlas itu di depan…. Kalau sudah kejadian itu bukan ikhlas namanya, tapi ridha! Seperti dalam shalat kita gunakan kalimat Lillahi Ta’ala, nah… yang ini ikhlas. Tapi kalau sudah dagang, terus hasilnya rugi atau untung maka itu namanya adalah ridha,” suara sang ustadz di radio.
Hingga pukul 7, Toyyib masih terus berkutat dengan diktat yang belum juga dapat ia taklukkan. Ia pun bergegas sarapan, mandi dan terus berangkat ke kampus untuk ujian. Pukul 8 lebih sedikit ia sudah pergi meninggalkan rumahnya dengan berkendara motor.
Teringat akan ceramah yang ia dengar di radio tadi pagi, hatinya tergerak untuk bersedekah kepada seseorang yang membutuhkan.
Dari kejauhan Toyyib memandang petugas kebersihan yang tengah menyapu jalan. Toyyib berniat bersedekah kepada penyapu jalan itu.

“Assalamu’alaikum….!” terdengar suara Toyyib menyapa seorang petugas kebersihan jalan. Toyyib turun dari motornya, ia buka dompet mengambil selembar uang dan menghampiri petugas kebersihan itu. Sekali lagi ia mengucapkan salam dari jarak yang dekat, maka petugas kebersihan itu pun mengangkatkan wajahnya lalu membalas salam.
Toyyib pun memberikan selembar uang yang kini sudah terlipat kecil ke tangan petugas kebersihan. “Apaan ini, mas?” tanya petugas kebersihan keheranan. “Pokoknya buat bapak saja, mohon doakan saya ya pak!” Balas Toyyib

Toyyib  pun melanjutkan perjalanannya menuju kampus.
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (QS Al-Lail: 5-7).
Subhanallah... kedamaian hati usai berbagi kepada sesama memberi nuansa indah tersendiri di hati Toyyib. Ia rasakan hari itu menjadi penuh berkah, dan segala penat kejenuhan yang ia alami seolah tersingkirkan. Padahal, ia masih belum siap menghadapi materi ujian hari itu.

Setengah jam sebelum ujian, di luar dugaan ada seorang kawan yang membawa kertas soal ujian dari universitas lain, namun fakultas, jurusan dan dosennya sama. Kertas ujian dari universitas tetangga pun dibahas oleh Toyyib dan beberapa temannya. Semua soal yang tertera mereka cari jawabannya. Tapi, apakah bisa kertas soal universitas tetangga itu diandalkan? Hanya kepada Allah SWT Toyyib berserah.
Waktu ujian dimulai. Setiap mahasiswa sudah duduk di bangku mereka. Suasana hening tercipta di dalam ruang.

Rasa khawatir itu masih tetap ada di hati Toyyib, hingga ia menerima lembar soal ujian dari pengawas, maka seulas senyum lebar pun terbit di wajahnya. Ia heran.... kagum.... terpesona! Seolah tak percaya membaca lembaran soal, Toyyib pun membalikkan badan ke arah teman-teman yang tadi berdiskusi sebelum masuk ruang ujian. Semua kawannya mengacungkan jempol tanda kemenangan!

Toyyib tersenyum mendapati bahwa lembaran soal yang ia terima persis sama dengan yang ia pelajari bersama-sama rekannya dari universitas sebelah. “Kok bisa sama ya...?” gumam Toyyib.
Tanpa pikir panjang ia menyelesaikan semua soal. Tidak perlu dahi berkernyit dan memeras otak, semua soal ia lahap dengan hapalan yang masih ‘fresh’ di kepala. Tidak lama ia mengerjakan soal-soal itu, ia pun meninggalkan ruang ujian tanda usai menuntaskan.

Di luar ruangan, ia bersyukur kepada Allah SWT yang telah membantu, menolong dan menuntunnya untuk mudah menghadapi ujian. Teringat ceramah ustadz di radio tadi pagi yang mengatakan, “Ikhlas itu di depan, dan akan mempermudah urusan!” Kini Toyyib sungguh telah merasakannya. Hidup itu seperti ujian, maka bisakah kita ikhlas di depan?!


sumber : alhikmah

0 komentar:

Posting Komentar